7 Penyebab Kegagalan Stator Pompa

Stator Pompa sangat penting untuk efisiensi pompa dalam Pompa Rongga Progresif (Eccentric Screw Pumps), dengan kegagalan stator yang berpotensi fatal. Biasanya diproduksi dari berbagai jenis karet silicon, thermopolymer, atau plastik, bentuknya menyerupai rotor pompa, yang bekerja sama untuk memastikan gerakan fluida selalu maju, dengan bagian-bagian tersebut bertindak sebagai katup internal di dalam pompa, mencegah fluida mengalir kembali ke saluran masuk (perpindahan positif).

Stator Rongga Progresif seringkali dapat bertahan bertahun-tahun, namun berdasarkan pengalaman, stator juga dapat rusak lebih cepat karena berbagai alasan.

Here are 7 of the most common reasons for premature stator failure, the symptoms to look for and why it happens:

1. Suhu Fluida

Toleransi antara rotor dan stator pompa sangat tipis – terkadang hanya beberapa mm (milimeter) untuk memastikan efisiensi tetap terjaga.

Jika cairan berada pada suhu yang lebih tinggi dari yang ditentukan pada tahap penyelidikan, stator dapat membengkak karena suhu yang mempersempit celah antara rotor dan stator, yang menyebabkan keausan abrasif pada komponen yang bekerja. Dalam fluktuasi suhu ekstrem, desain internal ini mungkin tidak sesuai. Stator dapat membengkak antara 20°C dan 54°C.

Rotor logam seringkali berukuran terlalu kecil untuk mengakomodasi fluktuasi suhu dan dapat membengkak di atas suhu tertentu, sehingga penting untuk mengomunikasikan semua kemungkinan suhu cairan pada tahap aplikasi.

Salah satu pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah memastikan suhu cairan pada interval tertentu sepanjang hari sesuai dengan suhu yang dirancang untuk pompa. Periksa juga ampere yang dikonsumsi, dan apakah terdapat serpihan karet dalam cairan yang dipompa.

2. Serangan Kimia

Memompa cairan yang tidak kompatibel dengan fluida yang dipompa dapat menyebabkan serangan kimia. Dalam beberapa proses, hal ini dapat terjadi secara tidak sengaja, seperti dalam penanganan cairan limbah di mana stator dapat bersentuhan dengan fluida yang awalnya tidak dirancang untuknya, seperti oli, bahan kimia lain, atau partikel padat.

Hal ini dapat menyebabkan rotor terkorosi, atau geometri stator terpengaruh – alur stator memanjang sehingga tidak lagi membentuk bentuk rotor yang berlawanan.

Jika stator pompa membengkak, hal ini dapat menyebabkannya bersentuhan dengan rotor, memperpendek masa pakainya karena keausan, pengeringan saat mengembang, dan fluida tidak dapat lagi melumasinya, serta menyebabkan cincin-O (O-ring) lainnya membengkak, yang berarti pompa mulai bocor atau komponen lain terkorosi dan hancur, yang menyebabkan unit gagal berfungsi.

Salah satu pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah melepaskan pompa dari pipa untuk memastikan apakah stator telah membengkak dan menonjol dari ujung pompa, atau sebaliknya, stator juga mungkin menyusut.

Investigasi lebih lanjut dapat dilakukan dengan membongkar pompa, memeriksa stator dan rotor untuk tanda-tanda serangan kimia, seperti logam yang terekspos di bawah lapisan krom yang diaplikasikan pada rotor baja atau besi cor, dengan lapisan yang tampak berlubang atau berlubang. Retakan dapat muncul pada stator yang terpapar bahan kimia yang tidak kompatibel.

3. Tekanan Hisap

Bila tekanan hisap terlalu tinggi dalam suatu aplikasi, pompa dapat mengalami kavitasi karena kurangnya tekanan hisap. Maka diperlukan perhitungan yang tepat dari engineer anda dan konsultasi dengan kami.

4. Dry Running

Ketika pompa beroperasi tanpa fluida, kondisi ini disebut dry running. Pada pompa rongga progresif, kondisi ini menyebabkan stator bergesekan dengan rotor tanpa pelumasan, sehingga gesekan tingkat tinggi tersebut membakar rotor.

Gejala dari hal ini adalah ketika unit dibongkar, rotor akan memiliki karet yang terikat pada rotor. Stator juga dapat memiliki goresan, tampilan seperti kulit jeruk, lepuh, dan dengan geometri yang sobek serta abrasi yang dalam. Stator juga dapat menjadi lunak dan lengket, dengan bau terbakar yang khas.

Kepingan karet mungkin muncul pada produk akhir yang dipompa. Jika pompa sering membuat sekring pemutus arus trip, hal ini bisa menjadi penyebabnya.

Menyiapkan panel kontrol untuk mendeteksi konsumsi ampere tinggi, atau probe suhu yang dipasang pada stator yang dibor akan menunjukkan kapan pompa dioperasikan tanpa fluida dan menghentikannya sebelum terjadi kerusakan, memastikan perlindungan stator.

5. Cairan Abrasif

Ketika fluida sangat abrasif dan kecepatan pompa terlalu tinggi, hal ini dapat menyebabkan goresan, serpihan stator terkelupas, dan kinerja pompa menurun karena kurangnya efisiensi. Jika kinerja pompa menurun, hal ini bisa menjadi gejala, begitu pula serpihan karet dalam fluida yang dipompa.

6. Tekanan Berlebih Pada Outlet

Tekanan berlebih pada outlet dapat menyebabkan stator pompa rusak sebelum waktunya, karena bekerja pada batas desainnya. Pompa Progressive Cavity biasanya dirancang untuk menahan tekanan 24 bar atau 48 bar.

Jika titik kerja mendekati tekanan maksimum untuk jangka waktu yang lama, sebaiknya pilih pompa yang lebih besar yang dapat mengakomodasi tekanan tinggi dengan margin keamanan yang lebih besar.

7. Delaminasi

Delaminasi terjadi ketika molekul elastomer tidak membentuk ikatan penampang yang cukup kuat, sehingga menghasilkan struktur seperti lapisan yang menciptakan area lemah.

Selama pengoperasian, stator dapat mulai rusak, yang mengakibatkan penurunan kinerja seperti berkurangnya aliran dan tekanan, getaran hebat, dan munculnya serpihan karet pada produk akhir yang dipompa.

Hal tersebut mencakup 7 penyebab umum kegagalan stator. Jika Anda sering mengalami masalah dengan stator pompa dan tidak yakin penyebabnya atau cara mengatasinya, hubungi kami untuk mengetahui bagaimana kami dapat membantu.

Connect now

Connect for custom pumps support

Reach out today for tailored pump solutions and expert guidance.

Pompa Indonesia representative 🇬🇧❤️🇮🇩

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *